Meraup Pundi dari Si KOLONI
- You Duudee
- Apr 28, 2017
- 5 min read
OK Duudeee... ini artikel #1 untuk kolom khusus artikel di blog gue.
Untuk kali ini gue mau sharing salah satu tulisan dari gue dan temen-temen di majalah Bisnis Jambi yang pernah kita garap bareng-bareng sebelum akhirnya kita sibuk dengan kerjaan masing-masing dan Bisnis Jambi jadi nggak kepegang lagi...
Yaahh... sayang memang..
Next time gue akan berbagi cerita soal Bisnis Jambi... tapi kali ini gue coba berbagi dulu soal salah satu ide bisnis yang pernah kita tulis di majalah tersebut.
OK... MARI KITA MULAI...!!!
Duudee... Apa yang kalian pikirkan kalau melihat hewan dibawah ini dalam jumlah ratusan atau ribuan?

sumber gambar :jolineffmd.com
Mungkin beberapa di antara kalian ada yang merasa geli, ada yang merinding, ada yang cuek, ada yang langsung ngambil semprotan serangga terus langsung nyemprotin ke semut-semut tersebut.
By the way, ada yang kepikir nggak buat menghasilkan duit dari semut?
Mungkin sebagian kecil dari kita ada juga yang kepikir buat menghasilkan duit dari semut, gue prediksi yang sudah kepikiran pastinya sudah tau terlebih dahulu nilai ekonomis dari serangga yang hidupnya berkoloni ini. Tapi buat kalian yang belum tau nilai ekonomisnya, ini gue kasih tau.
Perhatikan foto ini:

This photo is original and belongs to me :)
Yap tulll... ini foto setoples semut duudee..
Semut-semut yang ada di toples ini merupakan semut yang terdiri dari satu koloni (gue nggak tau jumlahnya berapa, kayaknya sih ratusan) dengan seekor ratu semut didalamnya. Semut di dalam toples ini akan dibudidaya hingga menghasilkan telur semut (kroto yang di alam bebas, manjadi salah satu makanan favorit dari beberapa spesies burung ataupun ikan) yang nantinya bisa dipanen setiap 20 hari. Nah se-toples semut ini bisa mendapatkan 1/2 ons kroto (dikit? udah banyak itu duudee... soalnya kroto itu ringan banget kayak kapas).
lhaaa, terus gimana bisa menghasilkan duitnya?
Berdasarkan penelusuran, penelisikan, investigasi...hahaha... ngaco gue.... maksud gue, waktu gue nyari informasi buat nulis artikel ini di majalah, gue dapat kesempatan untuk ketemu langsung dengan Mas Riko (owner KROTOBOND Jambi, yang megang pemasaran di Pulau Sumatera) dan si jenius penggagas usaha ini Mas Bond (sapaan akrabnya) yang merupakan keluarga dari pak Riko dan doi lagi mengembangkan usaha ini di Sumatera. Mas Bond (kalau nggak salah doi tinggal di daerah bogor) sendiri sempat muncul di acara kick andy. Nah, gue beruntung sempat berbagi cerita langsung sama mereka.
Dari obrolan gue dengan mas Riko dan mas Bond, usaha budidaya kroto ini punya pangsa pasar yang jelas dan jumlah permintaan kroto jauh lebih tinggi dari jumlah kroto yang bisa ditawarkan dipasaran.
Target konsumennya sudah jelas yaitu orang-orang yang butuh kroto. Siapa mereka? para mancing mania sama kicau mania duudee...
Soal permintaan, waktu gue ngobrol sama mas Bond dan mas Riko, mereka bilang kebutuhan kroto di Jakarta dan Bogor perbulannya mencapai 12 ton sedangkan produksi kroto petani-petani lokal yang berada di wilayah Jawa belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Nah.. karena keteteran, mas Bond dengan merk dagang krotobond - nya membaca peluang tersebut dengan membangun koloni di Pulau Sumatera (tempat saudaranya tinggal). Nah di sini doi ngebangun koloni-koloni kecil di bawah dampingan saudaranya mas Riko. Dengan sistem menawarkan peluang, menyediakan bibit semut, melakukan pelatihan budidaya, dan siap menjadi penampung hasil kroto, mas Bond dan mas Riko berharap mampu memenuhi permintaan kroto yang begitu besar di wilayah Jakarta dan Bogor. Selain permintaan yang besar, harga yang ditawarkan pasar di Jakarta juga menjanjikan. Harga yang dipatok untuk satu kilogramnya berkisar diantara 200.000 – 250.000 rupiah. Benar-benar menjanjikan duudee.....!!!
Nah ini gue ada foto hasil panen kroto waktu dicontohin cara panen kroto sama pegawainya mas Riko.

Potensial bukan....
Di atas tadi udah gue kasih gambaran potensi dari usaha ini. Apa nanti ketika kalian mencoba bisnis ini bakalan langsung sukses?
Itu gue kembaliin lagi sama kalian duudee.. karena, setau gue semua bisnis itu jarang yang langsung sukses. Masing-masing keberhasilan pasti punya cerita tentang kendala, hambatan, bahkan cibiran sebelum usaha tersebut berhasil, dan kita mesti bisa menyikapi dengan dewasa bahwa kendala, hambatan, bahkan cibiran merupakan proses yang penting untuk dilalui agar kita bisa tumbuh dan berkembang.
Mari kita belajar dari Mas Riko.
Pegawai negeri di salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi ini mendapatkan inspirasi ketika ia berbincang dengan saudaranya di Bogor (mas Bond pastinya). Dari diskusi mereka, mas Riko tertarik untuk menangkap peluang pasar kroto di pulau Jawa, bahkan di Sumatera khususnya Jambi dimana mas Riko tinggal, permintaan kroto lebih besar dari penawaran.
Saat mas Riko mengawali bisnis kroto di Jambi sekitar Maret 2014, doi sempat ditertawakan orang-orang lantaran doi membudidayakan serangga yang selama ini dihindari. Namun dengan tekad yang kuat, sekarang doi membuktikan bahwa serangga yang dianggap banyak orang sebagai pengganggu, di tangan mas Riko menjadi serangga yang menghasilkan pundi-pundi rupiah yang luar biasa.
Bersama mas Bond dengan Krotobond-nya yang telah sukses berkembang di pulau jawa dengan pusat terbesar di Kota Bogor, Mas Riko mendirikan Krotobond Cabang Jambi. Bukan tanpa alasan doi membuka cabang di Provinsi Jambi. Selain kondisi geografis yang sesuai, Provinsi Jambi memiliki letak yang sangat strategis di Pulau Sumatra karena tepat berada di tengah sehingga Jambi dijadikan sebagai sentra penghasil bibit dan Kroto untuk Pulau Sumatra “Center Of Sumatera”.
Saat gue ngobrol dengan mas Riko, doi bilang bahwa Krotobond Cabang Jambi sudah memiliki 7 lokasi penangkaran yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur di mana setiap penangkaran memiliki 10.000 toples bibit dengan potensi produksi setiap penangkaran ± sebesar 400 kg kroto. Selain memiliki penangkaran, krotobond cabang Jambi juga memiliki ranting di seluruh wilayah Sumatra yang tersebar mulai dari Aceh hingga Lampung dimana setiap daerah memiliki potensi yang besar untuk memproduksi kroto.
Kroto yang dihasilkan oleh penangkaran krotobond merupakan kroto super dan merupakan pakan terbaik untuk burung berkicau dan pakan ikan. Dengan karakteristik lebih kering dan memiliki waktu bertahan yang lama yaitu 2 minggu. Kroto yang dihasilkan baik dari pengangkaran cabang Jambi maupun yang berasal dari ranting se-sumatera nantinya akan dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada di Jakarta. Woooooowwww...woooowww....woooowwwww.....
....."BERSATU KITA TEGUH, BERKOLONI KITA TANGGUH".....
Mas Riko (KROTOBOND JAMBI)
Alam bawah sadar gue tergelitik ketika mas Riko melontarkan kalimat di atas. Prinsip bisnis yang doi jalanin nggak sekedar mengejar untung pribadi, tetapi menggunakan filosofi gotong royong dan bekelompok dari semut sehingga bisnisnya bisa membantu banyak orang.
Gimana nggak ngebantu duudee.. menurut gue, dengan SK PNS nya, doi bisa saja minjem duit ke bank sebagai modal buat memperbesar usahanya, tapi yang doi lakukan adalah membangun koloni-koloni yakni dari orang-orang yang tertarik buat bisnis ini, kemudian dibangunlah sebuah kelompok dimana mas Riko berperan sebagai rekan bisnis sekaligus mentor sekligus juga pendamping lapangan bagi orang-orang yang berminat untuk berbisnis kroto. Mas Riko menyediakan bibit kroto untuk dibudayakan, melatih dan mendampingi dalam teknik budidaya, dan siap menerima hasil panen untuk dipasarkan kembali oleh mas Riko. Menurut gue walaupun pada akhirnya doi lebih untung, tapi sistem usaha yang doi bangun punya efek domino buat usaha ekonomi mikro.
Ini gue jepretin juga waktu pertemuan kelompok di rumah Mas Riko

Ini dia salah satu koloni yang secara tidak langsung punya peran di sektor perekonomian Indonesia duudee... Gue nggak mau ngomong berlebihan duudee, tapi coba deh lo googling atau cari di koran-koran bisnis, salah satu subsektor yang menopang sektor ekonomi Indonesia dari gencarnya krisis ekonomi global adalah UMKM duudee..
Dari usaha yang dijalankan oleh mas Bond dan mas Riko, gue sadar akan satu hal, berbisnis itu bukan seedar mencari rezeki terapi juga mencari pahala. Jadi dunia sama akhiratnya dapet duudee..
Suuppeeerrr duuupeeerrrr puuueeecaaahhhhh duuudeee....!!
Ok, sekarang, waktunya gue kembali ke rutinitas gue sebagai ayah dan suami yang baik...hehe..
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya...
O iya, ini artikel yang sempat gue tulis di majalah gue sama temen-temen (Bisnis Jambi) yang sempat gue certain di awal tulisan tadi.


Ini gue yang design lho...hihihi... #nggabermaksudsombong muehehehe....
Ok Duudee.
Bye...
Salam,
You Duudee
Comments